Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal. Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara global yaitu untuk menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu untuk eksplorasi mineral dan pertambangan termasuk minyak bumi dan dalam skala kecil yaitu untuk aplikasi geoteknik (penentuan pondasi bangunan dll). Di Indonesia, ilmu ini dipelajari hampir di semua perguruan tinggi negeri yang ada. Biasaya geofisika masuk ke dalam fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), karena memerlukan dasar-dasar ilmu fisika yang kuat, atau ada juga yang memasukkannya ke dalam bagian dari Geologi. Saat ini, baik geofisika maupun geologi hampir menjadi suatu kesatuan yang tak terpisahkan Ilmu bumi. Bidang kajian ilmu geofisika meliputi meteorologi (udara), geofisika bumi padat dan oseanografi(laut). Beberapa contoh kajian dari geofisika bumi padat misalnya seismologi yang mempelajari gempabumi, ilmu tentang gunungapi (Gunung Berapi) atau volcanology, geodinamika yang mempelajari dinamika pergerakan lempeng-lempeng di bumi, dan eksplorasi seismik yang digunakan dalam pencarian hidrokarbon.
GEOFISIKA
Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal. Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara global yaitu untuk menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu untuk eksplorasi mineral dan pertambangan termasuk minyak bumi dan dalam skala kecil yaitu untuk aplikasi geoteknik (penentuan pondasi bangunan dll). Di Indonesia, ilmu ini dipelajari hampir di semua perguruan tinggi negeri yang ada. Biasaya geofisika masuk ke dalam fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), karena memerlukan dasar-dasar ilmu fisika yang kuat, atau ada juga yang memasukkannya ke dalam bagian dari Geologi. Saat ini, baik geofisika maupun geologi hampir menjadi suatu kesatuan yang tak terpisahkan Ilmu bumi. Bidang kajian ilmu geofisika meliputi meteorologi (udara), geofisika bumi padat dan oseanografi(laut). Beberapa contoh kajian dari geofisika bumi padat misalnya seismologi yang mempelajari gempabumi, ilmu tentang gunungapi (Gunung Berapi) atau volcanology, geodinamika yang mempelajari dinamika pergerakan lempeng-lempeng di bumi, dan eksplorasi seismik yang digunakan dalam pencarian hidrokarbon.
BATUAN
Identfikasi
terhadap batuan, Baik yang dilakukan di laboratorium maupun informasi yang
diperoleh lansung di alam, memberikan tiga macamjenis batuan yaitu : Batuan
beku, Batuan sediment, dan Batuan metamorfosa.
1. BATUAN BEKU
Beberapa jenis
batuan beku terbentuk dipermukaan bumi selama terjadinya letusan bunung merapi
dan disebut batuab fulkanikjuga disebut batuan ekstrusif, karma magma keluar
menuju ke permukaan dari dalam bumi. Di samping itu, ada juga yang disebut
batuan intrusife yang tidak dapat dilakukan pengamatan prosese pembentukan
batuan secara langsung.
Karana terjadinya
proses pendinginan oleh magma, mengakibatkan terjadinya proses pembentukan yang
dapat diamati dengan melihat tekstur dan ukuran grain dari batuan tesebut.
Berdasarkan tempat terjadinya batuan beku dibedakan atas:
a). Batuan beku dalam, terjadi jauh
didalam permukaan bumi. Perbandingan sangat lambat, sehingga proses
mineralisasi berlangsung sangat lama. Karena itu, Batuan ini terdiri dari
kristal-kristal penuh.
Contohnya : granit, diorite dan sebgainya.
b). Batuan beku korok, terjadi di
celah-celah atau idalam pipa gunung api. Perbandingan agak cepat, sehingga
kristalisasi tiadak terjadi secara sempurna.
Contahnya : diorite-porfirit, granit porfir, dan sebagainya
c). Batuan beku luar atau lelehan
terjadi dipermukaan bumi.
Perbandingan cepat sehingga sering tidaka memebentuk kristal atau hanya
dalam bntuk setengah kristal.
Contohnya : batu apung, glases, obsidian, dan sebagainya.
A. Klasifikasi Batuan Beku
1. Batuan faneritik
Batuan ini sering
pula dikatakan batuan yang berbutir kasar dan yang umumnya dijumpai adalah :
Granit pada batuan ini K-fledsfar merupakan mineral utamanya,
berwrna merah mudah, sedangkan Na-Ca plagioklas terdapat dalam jumlah yang
sedang berwarnah putih seperti porselin. Mika berwarna hitam atau serpihan
berwarna bronz resebar merata dalam batuan. Diorite mempynyai tekstur seperti
granit tetapi komposisinya tidak sama. Mineral utamanya adalah Na-plagioklas,
fledler, sedangkan K-fledsfar merupakan mineral minor. Ampibol didalamnya
mencirikan diorite. Komposisi diorit merupakan komposisi menengah antara granit
dan baslt. Gabro teksturnya berbutir keras, komposisi utamanya adlah piroksen
dan Ca-plagioklas. Ovilin terdapat sebagai mineral minor . warna gabro hijau
tua, abu-abu tua atau hitam. Gabro merupakan bagian utama bagian bawah kerak
samudara. Pridotit hamper seluruhnya terdiri dari mineral-mineral olivine dan
piroksen, sangat jarang dijumpai dipermukaan bumi.
2. Batuan Afanitik
Basalt adalah
batuan yang kahs bertekstur afnitik, berbutir sangat halus, biasanya berwarna
gelap, terjadi dari pendinginan bagian dalam aliran lava. Komposisi utamanya
adalah Ca-plagioklas dan piroksen. Ada juga basalt yang mempunayai kristal
olivine atau piroksen yang besar-besar sebagai fenokrist. Andesit terjadi dari
Na-plagioklas, piroksen, dan amfibol. Umumnya mengandung kwarsa, mirip dengan
diorite dan porfiritik dengan fledsfar dan mineral-mineral ferro dan magnesium
sebagai fenokrist. Riolit berkomposisi sama dengan granit, biasanya mengandung
fenokiwst dan fledfapar, kwarsa atau mika tetapi belum dapat disebut sebagai
poforitik. Riolit dan andesit sulit dibedakan tanpa menggunakan mikriskop.
B. Struktur Batuan Beku.
Meskipun batuan
beku terbentuk dari pembekuan magama, namun beberapa batuanbeku memperlihatakan
danya struktur, seperti blok lava, ropy lava, kava bantal ( pillow lava ),
struktur aliran dan struktur rekahan, serta vesicular dan amygdaloidal. Blok
lava dalah aliran lava yang yang aliran permukaannya sangat kasar merupakan
bongkahan-bongkahan.
Ropy lava merupakan aliran lava yang permukaannya halus dan
berbentukseperti pilinan tali. Bagian depat membulat, bergaris tengah sampai
beberapa meter.
Lava bantal sesuai dengan namanya, aliran ini bentuknya menyerupai
bantal yang tumpah tindih. Sering dijumoai dengan batuan sediment marin
sehingga disimpilkan terbentuk dibawah permukaan air.
Struktur aliran, terlihata sebagai kesejajaran bentuk-bentuk lensa
kecil, garis-garis dan goresan-goresan, yang diakibatakan oleh karena lava
tidak homogen. Struktur rekahan, merupakan rekahan-rekahan yang arahnya tegak
lurus bidang pendiginana, dan permukaannya seg enam berbentuk prisma di
namakankekarkolom.
Struktur vesicular terjadi akibat keluranya gas-gas yang terlarut
didalam magma karma penurunan tekanan disekitarnya, atau setelah mencapai
permukaan bumi. Strutur ini terlihat sebagai serat-serat dalam lava. Seadangkan
struktur amigdalod terjadi apabila rngga-rongga pelepasan gas terisi oleh
mineralsekuender.
2. BATUAN
SEDIMEN
https://media1.britannica.com/eb-media/11/73011-049-7A39A242.jpg |
Proses sedimentasi
dan batuan sediment adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan satu ama lain.
Banyak kejadian masa lampau yang dapat direkonstruksi kembali dengan
menginterprensi dat-data yang diperoleh.karena material yang mengalami
transfortasi menuju daerah yang sangat luas. Juga yang bentuknya yang unik
berlapis –lapis . Setiap lapisan membentuk mengandung material hasil
pengendapan sebelumnaya.
Material hasil
rombokan diatas permukaan akibat proses-proses eksogen, pelapukan dan erosi,
merupakan material atau bahan yang sifatnya terurai terdiri dari fragmen batuan, mineral dan
brbagai materil lainya yang berasal dari dalam permukaan bumi. Material ini terurai
tertransport oleh air, angin, dan gaya gravitasi ketempat yang paling rendah.
Proses kompaksi
pada umumnya akibat bebahn sediment yang ada diatasnya’ menyebabkan hubungan
antara butir menjadi menjadi lebih lekat dan juga air yang dikandung dalam
pori-pori terperas keluar. Sementasi adalah prosese dimana butiran-butiran
direkat oleh material lain yang terbentuk kemudian, da[pat berasal dari air
tanah atau pelarutan mineral-mineral dalam sediment itu sendiri. Material
semennya dapat berupa karbonat’ silica dan oksida (besi)
Material sediment
dapat berupa ;
- Eragmen dari batuan lain dan
mineral-mineral, seperti kerikil di sungau pasir dipantai dan Lumpur dilaut,
- Hasil penguapan dan proses kmia,
seperti aram di danau payau dan kalsium karbonat dilaut dangkal.
- Material organic, terumbu kooral
dilaut , vegetasi di rawa-rawa..
A. KLASIFKASI
BATUAN SEDIMEN
Oleh karena
keragaman pementukan (genesa), tekstur, komposisi dan penampilan batuan
sediment, maka dasar klasifikasinyapun berbeda-beda. Pengelompokan batan sediment
yang ideal berdasarkan ukuran butir, bentuk dan komposisi material
pembentuknya. Pengelompokan yang sedehana dalam batuan sediment ada dua yaitu :
- Batuan sediment klasik, terbentuk
dari fragmen batuan-batuan lain,
- Batuan sediment nonoklasik, atau
kimiawi dan organic
1.Batuan
sediment klasik
Batuan sediment klasik atau disebut juga batuan sediment detritus.
Dikelompokkan berdasarkan ukuran butir material komponen materilnya.
Batuan sediment klasik terdiri dari butiran-butiran. Butiran yang
besar disebut fragmen dan di ikat oleh massa butiran-butiran yang lebih halus,
matriks. Batuan sediment klasik yang dikelompokkan dikelompokkan berdasarka
besar butir materialnya, sebagai konglomerat, batu pasi, serpi dan lempung.
Konglomerat
mempunyai ukuran fragmen yang bonkah yang bentuknya membulat. Apabila fragmen
menyudut dinamakan breksi. Onglomerat atau breksi yang frgmennya terdiri dari berbagai macam
dinamakan konlomera atau breksi polemik. Seadngkan yang terdiri dari satu satu
macam disebut monomik.
2.Batuan sediment nonklasik
Batuan
sedimennonklasik yang banyak dijumpai adalah batuan gamping atau limestone,
terutama yang terdiri dari mineral kalsium karbonat. CaCO3 yang terjadi akibat
proses kimina atau organik. Kalsium karbonat diambil oleh organsme dibawah air
dimana hidup untuk membuat cangkangnya atau bagian yang keras. Setelah organisme mati tertinggal cakangnya
atau bagian yang keras akan terkumpul di dasas laut., lama kelamaan akan
membentuk endapan atau gamping yang terdiri dari cangkang tau
pecahan-pecahanya. Pada air yang tenang terendapkan kalsium karbonat dengan
kristal-kristal yang berbentuk jarum beralaskan Lumpur karbonat. Endapan ini
setelah mengalami kompaksi mengkristal kembali menjadi batu gamping mikro
kristalin, dengan kristal-kristal sangat halus, yang hanya dapat dilihat dengan
mikroskop dengan pembesaran yang sangat tinggi.
Selain batu
gamping, dijumpai juga endapan garam dan gypsum, keduanya merupakan hasil
penguapan. Garam terdiri dari mineral halit, komposisi NaCL, dan gypsum
berkombinasi CaSO4.2H2O. Keduanya terdapat
sebagai lapisan-lapisan pada tempat terbatas.
B. STRUKTUR BATUAN SEDIMEN
Kebanyakan batuan
sediment ditrnspor oleh arus yang akhirnya diendapkan, sehingga cirri utama
batuan sediment adalah berlapis. Batas antara satu lapisan dengan lapisan
lainya disebut bidang pelapisan, bidang pelapisan dapat terjadi akibat adanya
perbedaan : warna, besar burir, dan jenis batuan antara dua lapisan.
Strutur-struktur sediment lain yang umunya dijumpai pada batuan
sediment adalah lapisan bersusun atau graded bedding dan lapisan silang siur
atau cross bedding, gelembur gelombang (riplemark) dan rekah kerut (mud
cracks).Terjadinya struktur-struktur sediment tersebut disebabkan oleh
mekanisme penendapan tertentu.
C. FOSIL DAN WAKTU
Di dalam sedimen
umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme atau tumbuhan yang tertimbun
sehingga terawetkan. Dan selama proses diagenesasi tidak rusak dan tidak turut
menjadi bagian dari batuan sedimen, misalnya batu gamping. Sisa-sisa organisme
atau tumbuhan yang terawetkan ini disebut sebagai fosil.
Proses pembentukan fosil disebut proses fosilisiasi. Prosese
disialisasi dapat terjadi oleh :
- Proses prganrian, abagian yang
keras organisne diganti oleh berbagai mineral, misalnya cangkang bintang
laut yang semula dari kalsium karbonat diganti oleh kalsium silica.
- Proses petrifaction, bagian lunak
batang tumbuhan diganti oleh
presipitasi mineral yang terlarut dalam air sediment.
- Proses karbonisasi, daun atau
material tumbuhan yang jatuh dalam Lumpur rawa terhindar dari oksida. Dan pada
saat diagenesa, material itu diubah menjadi cetakan karbon dengan tidak
menubah bentuk asalnya.
- Pencetakan, pada saat diagensis,
sia binatang atau tumbuhan terlarut,
sehingga terjadi rongga, seperti cetakan yang bentuk dan besarnya
sesuai ata sama dengan bentuk asalnya. Apabila rongga ini terisi oleh
mineralisasi maka terbentuklah hail cetakan bintang atau tumbuhan tersebut.
Untuk mengidentifikasi lapisan-lapisan batuan diberbagai tempat terbentuk
pada masa yang sama, atau disebut korelasi.
3. BATUAN METAMORFOSA
http://rudimayardi.files.wordpress.com/2012/10/batuan-metamorf1.jpg |
Batuan metamorfosa dikenal juga sebagai batuan malihan,demikian pila
dengan prosesnya. Proses metamorfosa atau malihan merpakan perubahan himpunan
material dan tekstur batuan, namun dibedakan dengan proses diagnesa dan atau
proses pelapuan yang juga merupakan proses perubahan. Proses metmorfosa
berlangsung akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi diatas2000
C dan 300 Mpa, dan dalam keadaan padat. Sedangkan prosese diagenesa berlangsung
pada suhu di bawa 2000 C dan proses pelapukan lada suhu dan tekanan
yang jauh di bawahnya, dalam lingkungan atmosfi
Proses metamorfosa
dapat didefenisikan sebagai berikut : perubahan himpunan mineral atau tekstur batuan dalam keadaan (fasa) padat pada suhu diatas
2000 C dan tekanan 300 MPa. Pembentukan batuan metamorfosa sangat
kompleks akibat bergeraknya
lempeng-lempeng tektonik dan tumbukan fragmen-fragmen kerak, batuan terkoyak
tertarik , terliat, terpanaskan dan berubah. Oleh karma perubahan dalam keadaan
padat , umumnya jejak-jejak bentuk awalnya masih dapat dikenali meskipun telah
mengalami perubahan lebih dari sekali. Batuan metamorfsa paling menarik dari
batuan lainnya.
Penyebab
metamorfosa terjadi jika lingkunan batuan berbeda secara berarti dengan
lingkungan sebelumnya. Ada tiga hal utama penyebab perubahan metamorfosa,
Yaitu: 1) Temperatur dan tekanan, 2) Cairan kimia atau sirkulasi ion yang
melalui batuan, dan 3) Waaktu.
1. Temperatur dan Tekanan
Batuan apbila
dipanaskan akan membentuk mineral-mineral baru yang hasil akhirnya akan
membentuk metamorf. Sumber panasnya berasal dari dalam bumi. Batuan dipanaskan
oleh timbunan (burial) atau oleh terobosan batuan beku. Tetapi timbunan atau
terobosan dapat mengakibatakan perubahan tekanan, sehingga sulit dikatakan
bahwa metmorfose hanya diakibatakan oleh kenaikan suhu saja. Tekanan dalam
proses metamorfosisme besifat sebagai
stress, mempunyai besara serta arah. Tekstur batuan metamorf memperlihatka
bahwa batuan ini terbentuk dibawah dfiferensial stress, atau tidak sama
besar dari segalah arah. Oleh karna itu batuan beku memperlihatakan orientasi
mineral yang beraturan.
2. Pengaruh Cairan Terhadap Reaksi Kimia
Pori-pori pada
batuan sediment atau batuan bekuterisi oleh cairan, yang merupakan larutan dari
gas-gas, garam dan mineral yang terdapat dalam batuan bversangkutan.Pada suhu
tinggi cairan integranular ini bersifat uap dari pada cair, yang mempunyai
peran penting dalam metamorfisme. Di bawah suhu dan tekanan yang tinggi terjadi
pertukaran dari larutan ke mineral-mineral dan sebaliknya. Fungsi cairan ini
merupakan transfor dari larutan ke mineral dan sebaliknya, sehingga mempercepat
metamorfisme. Dan jika tidak ada larutan atau sedikit sekali, maka metamofisme
berlangsung lambat, karena perpindahanya melalui difusi antar mineral yang
padat.
3. Waktu
Untuk mengetahui
berapa lama berlangsungya metamorfisme tidak mudah. Dalam percobaan di
laboratorium memperlihatkan bahwa dibwah tekanan dan suhu tinggi serta waktu
reaksi yang lama menghasilkan kristal yang besar. Dan dalam kondisi sebaliknya
dihailkan kristal yang kecil. Untuk demikian disimpulkan bahwa batua berbutir
kasar merupakan hasil metamorfisme dalam waktu yang panjang serta suhu dan
tekana yang sangat tinggi.sebaliknya yang berbutiran halus, waktunya pendek
serta suhu dan tekanan rendah.
A. MACAM-MACAM BATUAN
METAMORFOSA
Jenis batuan ini
berasal dari batuan beku dan batuan sediment yang mengalami pemalihan atua
perubahan bentuk dan jenis, sehingga batuan ini dinamakan juga batuan malihan.
Perubahan bentuk dan jenis ini disebabkan oleh tekanan yang tinggi, suhu yang tinggi, dan waku yang lama.
Macam-macan batuan metamorfosa adalah
a. Batuan metamorfosa kontak
batuan ini terjadi karne pengaruh suhu yang tinggi, karma letaknya yang
sangat dekat dengan magma, mislnya beberapa batuan yang ada di Indonesia.
b. Batuan metamorfosa Dynamo
Batuan ini terjadi karma disebabkan oleh factor tekanan dan waktu yang
lama, sehingga disebut juga batuan metamorfosa kinetic, misalnya batu tulis
yang berasal dari tanah liat.
c. Batuan Metamorfosa Pneumatolistis
Kontak,
Batuan ini terjadi akibat perubahan yang disertai pertambahan bahan yang
lain misalnya pada waktu terjadi kontak antara batuan-batuan dengan
magma,memungkinkan masuknya gas-gas yang lain yang mengandung flour dan bor,
kemudin turut serta dalam proses tersebut. Misalnya turmalin ialah silikat yang
mengandung bor, dan topas adalah silikat yang mengandung flour.
JENIS METAMORFOSE
Berdasarkan hasil
kenampakan metamorfose pada batuan,
prosesnya dapat dikelompokkanmenjadi deformasi mekanik (mechanical deformation)
dan rekristalisasi kimia (chemical recrytalisation).
1. metamorfisme Kataklastik
Kadang-kadang
deformasi mekanik pada metamorfisme dapa berlangsung tanpa disertai
rekristalisasi kimia. Meskipun hal ini jarang terjadi . misalnya batuan yang
bersifat kasar, granit, jika mengalami defernsial stress yang kuat, butran
mineralnya hancur dan juga menjadi halus. Deformasi ini terjadi pada batuan
yang bersifat regas dan dinamakan metamorfisme klasik. Apabil metamorfisme
berlanjut maka butiran fragmien batuan akan menjadi lonjong.
2. Metamorfisme Kontak
Metamorfisme kontak
terjadi akibata intrusi tubh magma panas pada batuan yang dingin dalam kerak
bumi. Akibat kenaikan suhu, maka rekristalisasi kiia memegang peranan utama.
Sedangkan deformasi mekanik sangat kecil, karna stress di sekitar magma relative homogen. Batuan yang terkena
instrusi mengalami pemanasan dan termetamorfosa membentuk satu lapisan
disekitar terobasan yang dinamakan aureole metamorphic, batuan ubahan. Tebal
lapisan batuan ubahan pada metamofisme
kontak tergantung pada besarnya tubuh
instrusi dan kandungan H2O
Di dalam batuan yang diterobos. Misalnya pada korok atau sill
lapisannya hanya beberapa meter. Batuan metamorf kontak yang terjadi, keras
terdiri dari mineral berbutir seragam dan halus yang saling mengunci dinamakan
hornfels.
3. Metamorfisme Timbunan
Sedimen bersama
persilangan piroklastik yang tertimbun sangat dalam di dalam cekungan dapat
mencapai duhu 3000 atau lebih H2O yang terperangkap
didalam pori-pori sediment mempercepat prosese rekristalisasi kimia dan
membantu pembentukan mineral-mineral baru. Oleh karana sediment yang mengandung
air lebih bersifat cair dari pada padat, maka tegasa (stress) yan \g bekerja lebih
bersifat homogen bukan deferensial. Akibatnya pada metamorfisme timbunan
pengaruh deformasi mekanik kecil sekali sehingga teksturnya mirip dengan batuan
asalnya.
4. Metamorfisme Regional
Batuan metamorf
yang umumnya dijimpai pada kerak benua
dengan penyebran yang sangat luas, sampai pulhan ribu kilometer persegi,
dibentuk oleh netamorfisme regional. Pada metamorfisne ini meibatakan jaga
deformasi mekanik selain rekristalisai kimia. Oleh karma itu batuannya
memperlihatkan adanya foliasi. Batuan metamorf regionala pada umumnya dijumpai
pada dertan pegunugan atau yang sudah tererosi. Deretan pegunungan dengan
batuan metamorf regional terbentuk akibat subduksi atau tumbukan kerak benua.
Pada saat tmbukan benua, batuan sediment sepanjang batas lempeng mengalami
diferensial stress yang intensif. Dan mengakibatakan berkembangnya foliasi yang
khas apda slate, sekis, dan gnesis.
5. Zonz Metamorfisme
Derajat
metamorfisme dicrikan oleh himpunan mineral baru yang tumbuh pada kondisi
tertentu derajat rendah, menegah dan tinggi. Minera-mineral tersebut dinamakan
mineral indeks umumnya adalah klorit, biotit, granet, staurolit, kyanit dan
silimanit. Garis yang menimbulkan lokaso-lokasi di awal pemunculan mineral
indeks dinamakan garis isograde. Dan daerah di antara isograde dinamakan zona
metamorfisme.
6. Faies Metamorfisme.
Hasil pengamatan
batuan metamorf di berbagai tempat di bumi memperlihatkan bahwa komposisi kimia
batuan metamorf hanya sedikit terubah oleh proses metamofisme. Perubahan utama
yang terjadi adalah bertambahnya atau berkurangnya volatile, H2O dan
CO2 tetapi bahan umunya, seperti SiO2, AlO3,
CaO tadak berubah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa himpunan mineral batuan
metamorf dari batuan sediment atau batuan beku di tentukan oleh suhu dan
tekanan saat metamorfisme berlangsung. Faies metamorfisme yang intinya
menyatakan bahwa dari komposisi batuan tertentu, himpunan mineral mencapai
keseimbangan selama metamorfisme berada dibawah kisaran kondisi fisik
tertentu,termasuk dalam fasies metamorfisme yang sama.
7. Metasomatisme
Proses
metasomatisme berkaitan dengan komposisi tetap dan sejumlah cairan yang
relative sedikit. Sedikitnya cairan disebabkan karma volume pori-pori batuan
yang bermetamorf kecil, pelepasan H2O dan CO2 dari
mineral-mineral yang termetamorf berlangsung lambat disbanding dengan yang
keluar dengan segera. Oleh karma itu hanya cukup untuk proses metamorf dan
tidak cukup unutk melarutka atau mengbah komposisi batuan. Prosese dimana
komposisi batuan berubah dinamakan metasomatisme.
8. Larutan Hidrotermal dan Cebakan Mineral
Cairan yang
menyebabkan metabolisme kaya akan H2O dan bersuhu 25000 C
atau lebih dan dinamakan larutan hidrotermal (dari bahasa Yunani hidro-air,
termal \- panas). Laritan hidrotermal membetuk urat-urat dengan mengendapkan
bahan yangterlarut seperti kwrsa atau kalsit dalam rekahan-rekahan yang
dialirinya. Selain itu dapat jaga menghasilkan ubahan pada batuan yang
dialirinya. Larutan hidrotermal mempuyai peranan penting dalam pembentukan
cebakan mineral, dengan membentuk urat-urat dan alterasi batuan. Cebakan
mineral hasil larutan hidrotermal lebih banyak dijumpai pada tyre lainnya.
Komposisi utama larutan hidrotermal adalah air. Dalam airnya mengandung garam-garam,
sodium klorida, patosium klorida, kalsium sulfat dan kalsium klorid.
4. SIKLUS BATUAN
Dengan mempelajari siklus batuan dapat diketahui kejadian ketiga
jenis batuan dan berbagai proses geologis sehingga jenis batuan yang satu
verubah menjadi batuan yang lain.
Batuan beku terjadi
akibat magma mendingin dan memadat. Proses ini berlangsung baik dibawah maupun
diatas permukaan bumi. Saat bumi terbentuk, kulit luarnya masih berupa mineral
yang meleleh kemudian mendingin dan mengkristal secara bertahap dan membentuk
kerak pertama yang terdiri dari batuan beku. Karma batuan beku berada di
permukaan bumi yanag bersentuhan langsung dengan atmosfer setiap saat, maka
perlahan-lahan terdisintegrasi dan terdekomposisi. Proses ini disebut
pelapukan. Material hasil rombakan ini, yang terlepas dari asal usulnya
ditransfor dan diendapkan oleh berbagai media, erosi, grafitasi, aliran air, gletdyer,
angina atau gelombang sebagai sediment atau endapa, di tempat yang rendah
sebagai lapisan mendatar. Melalui proses litifikasi yang artinya berubah
menjadi batuan, sediment ini menjadi batuan sediment.
Jika batuan
sediment jauh berada dibawah permukaan bumi atau terlibat dalam dinamika
pembentukan pegunungan, akan dipengaruhi oleh tekanan yang besar dan
temperature yangt inggi. Akibatnya batuan sediment ini menjadi bereaksi dan
berubah menjadi batuan metamorfosa atau batuan malihan.
Jika
metamorfosa berada pada temperature dan tekanan yang tinggi maka akan melebur
berubah menajadi magma. Perulangan atau siklus tersebut tidaklah selalu
demikian akan tetapi biasanya ada penyimpangan. Misalnya batuan beku disamping
terisngkap di permukaan, dapat juga dupengaruhi oleh panas dan tekanan yang
tinggi jauh di bawah permukaan bumi, akan menjadi batuan metamorfosa bahkan
dapat melebur kembali menjadi magma. Sebaliknya bila batuan sediment dan
metamorfosa bila ada di atas pemukaan bumi akan mengalami proses pelapukan dan
erosi. Batuan beku, batuan sediment, dan batuan metamorfosa pada kondisi tekanan dan temperature yang tinggi akan
melebur menjadi magma.